SEMIOTIKA HUMOR POLITIK DALAM TAYANGAN TALK SHOW SENTILAN SENTILUN
Abstract
Secara umum humor dimaknai sebagai sesuatu yang menggelikan, memesona, aneh, identik dengan kelucuan, sehingga mampu merangsang seseorang untuk tertawa atau tersenyum. Tidak hanya menjadi bumbu dalam sebuah pementasan seni, seperti ludruk, ketoprak, program komedi juga banyak sekali ditayangkan di televisi seperti Opera Van Java, Ngelaba, Ketoprak Humor, Warkop DKI, Kadir dan Doyok, Indonesia Lawak Club, Sentilan-sentilun, Sitkom dan masih banyak lagi yang lainnya. Program talk show komedi Sentilan-sentilun yang tayang di Metro Tv dengan durasi 30 menit merupakan program komedi yang sedikit berbeda dengan mengangkat tema seputar dunia politik dan isu-isu nasional lainnya. Dengan kemasan komedi yang menarik, konten politik disini lebih mudah dicerna dan diterima oleh masyarakat, bahkan tak jarang menjadi sarana untuk menyampaikan kritik sosial. Hal ini menarik karena selama ini tema politik dianggap terlalu berat, selain itu kritik juga kurang bisa diterima oleh kalangan elit. Kemunculan humor politik memberikan warna baru bagi masyarakat tentang dunia politik.
Secara denotasi dan konotasi episode ini menertawakan tingkah para politisi yang dianggap lucu dan memalukan karena suka mengemis atau meminta-minta bahkan seringkali memperumit masalah. Satire adalah humor yang mempermalukan menyindir suatu hal, situasi, atau tokoh cara ini paling sering digunakan hingga 28% dalam talkshow sentilan sentilun episode pindah rumah. Para pemain disini menyindir para penguasa yang seringkali disebut sebagai yang mulia yang tidak hanya merasa bodoh tetapi dianggap benar-benar bodoh. Pun yaitu jenis humor yang menggunakan permainan makna kata menjadi jenis humor kedua yang sering digunakan yaitu penggunaan kata yang dibolak balik dalam kalimat menjadi sesuatu yang menarik dan saling terkait. Karena maknanya yang semakin variative. Selanjutnya adalah bombats yaitu berbicara secara muluk-muluk atau retoris. Selain itu penggunaan infintilism yaitu bermain dengan bunyi kata-kata dan Sarcam yaitu komentar yang menggigit dengan nada yang tajam. Bentuk bentuk humor yang muncul menunjukkan bahwa pemerintah memberikan ruang kepada masyarakat untuk memberikan kritik yang membangun kepada pemerintah, pejabat publik serta kebijakan-kebijakaan yang dikeluarkan.
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).