Morfonosemantik Bahasa Jepang
Abstract
Mimetik adalah kata yang dibentuk karena hasil tiruan bunyi yang dilakukan manusia. Bahasa Jepang memiliki mimetik sebanyak 4.500 kata dan terbagi menjadi lima kategori, yaitu giseigo, giongo, gitaigo, giyougo, dan gijougo. Banyaknya kata mimetik pada bahasa Jepang dan kemiripan dari kata-kata tersebut baik yang ditulis dalam huruf kana maupun pengucapannya membuat salah satu sebab pemelajar bahasa Jepang kesulitan mempelajari bahasa Jepang, terutama dari Indonesia. Penelitian ini mengangkat objek kajian berupa verba-verba mimetik bahasa Jepang dengan tujuan untuk memerikan verba-verba mimetik bahasa Jepang ditinjau dari aspek bangun leksikon, struktur semantik, dan peran semantik yang dimilikinya. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui penelitian pustaka dan observasi langsung ke lapangan dengan pelibatan partisipan. Sumber data diperoleh dari buku teks (1) E de Manabu Giongo Gitaigo Kaado Rakuraku Oboete Dondon Tsukaō karya Tomikawa Kazuyo (1997); (2) Onomato Pera-Pera an Illustrated Guide to Japanese Onomatopoeia karya Mizuno Ryotaro (2017); (3) Giseigo Gitaigo Jōkyuu 5-ban (Sugu ni Tsukaeru Jissen Nihongo Shiri − zu 2) karya Masuda Ayako (2015); (4) Nihongo Tango Doriru: Giongo Gitaigo. Shizenna Nihongo o mi ni Tsukeyo Motto Hanaseru Motto Tsukaeru karya Okumura Maki dan Kamabuchi Yuko; dan (5) E de Wakaru Giongo Gitaigo - Nihongo no Hyōgen-ryoku ga Mi ni Tsuku Handobukku karya Akutsu Satoru. Teori yang digunakan untuk memecah permasalahan pada penelitian ini adalah bangun leksikon, metabahasa semantik alami, dan peran semantik. Hasil penelitian menunjukkan bangun leksikon mimetik bahasa Jepang yang terdiri dari morfologi, fonologi, dan kombinasi dari keduanya yaitu rendaku, morfofonologi, serta morfonosemantik. Dengan demikian, hasil penelitian ini akan sangat membantu pemelajar dalam memahami penggunaan mimetik secara tepat sesuai dengan maksud yang ingin disampaikan. Terdapat dua temuan yang didapatkan pada penelitian ini, yaitu temuan teoretis dan temuan empiris. Temuan teoretis berupa teori baru yang dinamakan morfonosemantik. Sedangkan, temuan empiris pada penelitian ini berupa, (1) reduplikasi root dalam mimetik bahasa Jepang; (2) reduplikasi silabel dalam mimetik bahasa Jepang, (3) penambahan ten-ten (seperti tanda kutip, ″) pada aksara Jepang menentukan besar atau kecilnya volume suara, benda, dan durasi suatu tindakan; (4) mimetik berbentuk frasa apabila berkategori sebagai adverbia diikuti oleh verba khusus yang menyertainya; dan (5) struktur argumen.
References
Akita, K. (2017). Grammatical and functional properties of mimetics in Japanese. In The Grammar of Japanese Mimetics (pp. 20–34). Routledge.
Akita, K., & Tsujimura, N. (2016). Mimetics. In T. Kageyama & H. Kishimoto (Eds.), Handbook of Japanese Lexicon and Word Formation (pp. 133–160). Walter de Gruyter, Inc.
Dexter, K. (2015). Japanese Onomatopoeia: The Guide. Tofugu. https://www.tofugu.com/japanese/japanese-onomatopoeia/
Frellesvig, B. (2010). A History of the Japanese Language. Cambridge University Press.
Hasada, R. (1994). The Semantic Aspects of Onomatopoeia: Focusing on Japanese Psychomimes [The Australian National University]. https://doi.org/10.25911/5D723CB12C49C
Hinton, L., Nichols, J., & Ohala, J. (1995). Introduction : Sound-symbolic processes. In Sound Symbolism (pp.
1–12). Cambridge University Press. https://doi.org/10.1017/CBO9780511751806.001 Holmes, J., & Wilson, N. (2017). An Introduction to Sociolinguistics (5th ed.). Routledge.
Inose, H. (2007). Translating Japanese Onomatopoeia and Mimetic Words. In Translation Research Projects 1. Universidad de Granada. http://isg.urv.es/library/papers/conf_v080208.pdf#page=107
Ito, J., & Mester, A. (1986). The Phonology of Voicing in Japanese: Theoretical Consequences for Morphological Accessibility. Linguistic Inquiry, 17(1), 49–73.
Izuru, S. (2018). Kōjien (S. Izuru (ed.); 7th ed.). Iwanami Shoten.
Jespersen, O. (1954). Language: It’s Nature Development and Origin. George Allen & Unwin Ltd.
Kageyama, T., & Saito, M. (2016). Vocabulary Strata and Word Formation Processes. In Handbook of Japanese Lexicon and Word Formation. Walter de Gruyter Inc.
Kimizuka, S. (1967). A Contrastive Study of the Japanese Structural Device “Onomatopoeia + Verb” and Certain English Verbs. The Journal-Newsletter of the Association of Teachers of Japanese, 4(3), 12.
https://doi.org/10.2307/488756
Kindaichi, H. (2010). The Japanese Language. Tuttle Publishing.
Koizumi, T. (1993). Nihongo Kyoushi no Tame no Gengogaku Nyumon. Taishuukan Shoten.
Kutafeva, N. V. (2015). Japanese Onomatopoeic Expressions with Quantitative Meaning. Acta Linguistica Asiatica, 5(1), 39–52. https://doi.org/10.4312/ala.5.1.39-52
Labrune, L. (2016). Rendaku in Cross-Linguistic Perspective. In T. J. Vance & M. Irwin (Eds.), Sequential Voicing in Japanese. Papers from the NINJAL Rendaku Project (pp. 195–233). John Benjamins Publishing Company.
Laksana, I. K. D. (2009). Tabu Bahasa Salah Satu Cara Memahami Kebudayaan Bali. Udayana University Press.
Martin, S. E. (1975). A Reference Grammar of Japanese. Yale University Press.
Merriam-Webster. (n.d.). Onomatopoeia. Merriam-Webster.Com Dictionary. Retrieved July 30, 2020, from https://www.merriam-webster.com/dictionary/onomatopoeia
Olsson, L. (2015). Form and Function of Reduplicated Nouns in Japanese. Stockholms Universitet.
Pratha, N. K., Avunjian, N., & Cohn, N. (2016). Pow, Punch, Pika, and Chu: The Structure of Sound Effects in Genres of American Comics and Japanese Manga. Multimodal Communication, 5(2), 93–109. https://doi.org/10.1515/mc-2016-0017
Sakoda, K. (2016). Errors and learning strategies by learners of Japanese as a second language. In Handbook of Japanese Applied Linguistics (pp. 129--150). Walter de Gruyter, Inc.
Searle, J. R. (1969). Speech Acts an Essay in the Philosophy of Language. Cambridge University Press.
Shibatani, M. (1990). The Language of Japan. Cambridge University Press.
Stocking, G. W. (1995). The Ethnographer’s Magic and Other Essays in the History of Anthropology. University of Wisconsin Press.
Suputra, G. K. A., Budiarsa, M., Dhanawaty, N. M., & Putra, A. A. P. (2016). The Meaning of the Balinese “to Eat”: A Study of Natural Semantic Metalanguage (NSM). E-Journal of Linguistics, 10(2), 153–167.
Sutedi, D. (2011). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Humaniora.
Suwandi, S. (2008). Semantik Pengantar Kajian Makna. Media Perkasa.
Tamamura, F. (1984). Nihongokyōiku shidō sankōsho 12: Goi no kenkyū to kyōiku [Guidebook for Japaneselanguage teaching 12: Teaching of vocabulary I]. Ōkurashō Insatsukyoku.
Ullmann, S. (1962). Semantics: An Introduction to the Science of Meaning (1st Ed.). Basil Blackwell.
Uosaki, N., Ogata, H., Mouri, K., & Lkhagvasuren, E. (2015). Japanese Onomatopoeia Learning Support for International Students Using SCROLL. Proceedings of the 23rd International Conference on Computers in Education, 329–338.
Wijana, I. D. P. (2009). Berkenalan dengan Linguistik. Pustaka Araska.
Yule, G. (2017). The Study of Language (6th ed.). Cambridge University Press. \http://cercabib.ub.edu/iii/encore/record/C__Rb2181222__Sthe study of language__Orightresult__U__X7?lang=cat
Þórdísarson, B. G. (2016). The History of Loan Words in Japanese and Their Effect on the Japanese Language. University of Iceland.

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.