Julianto Motivasi KWT (Kelompok Wanita Tani ) dalam Usaha Budidaya Pepaya California (Carica papaya L) di Lahan Pekarangan Desa Wisata Bugisan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten

Motivasi

  • Julianto Juli Anto Julianto

Abstract

Motivasi Kelompok Wanita Tani (KWT) dalam Usaha Budidaya Pepaya California (Carica Papaya L) di Lahan Pekarangan Desa Wisata Bugisan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah


Julianto¹, Kota Yogyakarta, DIY


Epsi Euriga², Kota Yogyakarta, DIY


Totok Sevenek Munanto³, Kota Yogyakarta, DIY


Email korespondensi : epsieuriga@gmail.com


INTISARI


Kajian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi kelompok wanita tani dalam usaha budidaya pepaya california (Carica papaya L) variabel : motivasi kebutuhan dasar kelangsungan hidup, motivasi kebutuhan sosial, dan motivasi pengembangan pribadi. Kajian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2022 di Desa Wisata Bugisan. Pengambilan sampel menggunakan metode deskriptif kuantitatif diambil secara proportional random sampling. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner dan wawancara kepada 30 anggota KWT. Kemudian data dianalisis secara deskriptif. Hasil kajian menunjukan motivasi kebutuhan dasar kelangsungan hidup sebesar 91% dalam katagori tinggi, motivasi kebutuhan sosial sebesar 94% dalam katagori tinggi, dan motivasi kebutuhan pengembangan pribadi sebesar 91% dalam katagori tinggi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa motivasi kelompok wanita tani dalam usaha budidaya pepaya california lebih ke arah kebutuhan sosial katagori tinggi. Selanjutnya dilakukan penyusunan desain pemberdayaan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan anggota kelompok wanita tani dalam pembibitan pepaya dengan perlakuan khusus pembuatan pupuk organik cair berbahan baku daun kipahit, sehingga diharapkan dapat meningkatkan penghasilan dan keterampilan anggota kelompok wanita tani dalam usaha budidaya pepaya california.


Kata Kunci : KWT, Motivasi, Pepaya California


ABSTRACT


This study aims to determine the motivation of women's farmer groups in the cultivation of California papaya (Carica papaya L) variables: basic survival needs motivation, social needs motivation, and personal development motivation. This study was conducted in January – July 2022 in Bugisan Tourism Village. Sampling using descriptive quantitative method taken by proportional random sampling. Data were obtained using instruments in the form of questionnaires and interviews with 30 KWT members. Then the data were analyzed descriptively. The results of the study show that the motivation for basic survival needs is 91% in the high category, the motivation for social needs is 94% in the high category, and the motivation for personal development needs is 91% in the high category. So it can be concluded that the motivation of women farmer groups in california papaya cultivation is more towards high category social needs. Furthermore, an empowerment design was carried out to improve the knowledge, attitudes, and skills of members of the women's farmer group in papaya seedling with special treatment in the manufacture of liquid organic fertilizer made from kipahit leaves, so that it is expected to increase the income and skills of members of the women's farmer group in california papaya cultivation.


Keywords: KWT, Motivation, Papaya California


1) Mahasiswa Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta – Magelang


2) Dosen Pembimbing I Tugas Akhir


3) Dosen Pembimbing II Tugas Akhir


 




PENDAHULUAN


Motivasi merupakan alasan yang kuat dalam diri manusia untuk mendorong kebutuhan dasar dan keinginan dasar hidup (Euriga et al., 2018) menjelaskan bahwa motivasi petani dalam mengembangkan praktik pertanian berkaitan dengan kebutuhan utamanya menjalankan usaha tani di pedesaan. Hal ini mendukung dengan kebutuhan, peluang, dan kemampuan menentukan usaha taninya dengan mempertimbangkan aspek kebutuhan. Motivasi terdiri dari : (1) kebutuhan kelangsungan hidup, (2) kebutuhan sosial, dan (3) Kebutuhan pokok untuk pengembangan pribadi (Euriga et al., 2021).


Kelompok wanita tani merupakan kelompok yang berpengaruh dalam mengembangkan potensinya sebagai ibu rumah tangga yang produktif meningkatkan pendapatan keluarga. Dorongan dan semangat kontribusi perempuan dalam kedaulatan pertanian. Kegiatan ini berupaya untuk intensifikasi pekarangan sebagai salah satu pemanfaatan lahan pekarangan (Syarif, 2018).


Pepaya merupakan tanaman daerah tropis, walaupun bukan tanaman buah asli Indonesia, namun sudah tersebar jenis pepaya di seluruh pelosok tanah air. Tanaman pepaya california sangat cocok dibudidayakan di lahan pekarangan, karena umurnya genjah 4-5 bulan sampai panen (Astriana & Nurcahyo, 2017).


Kabupaten Klaten memiliki luasan lahan pekarangan 6.581 ha, Kecamatan Prambanan merupakan kecamatan di Kabupaten Klaten yang mempunyai potensi lahan pekarangan yang luas. Luas lahan pekarangan Kecamatan Prambanan lebih tinggi dari kecamatan lain di Kabupaten Klaten. Yakni mencapai 1.239/ha (BPS Kabupaten Klaten, 2021).


Desa Wisata Bugisan memiliki salah satu program andalan desa “satu pohon pepaya satu rumah”  untuk mendukung produk olahan buah pepaya yang akan menjadi trade center papaya Desa Wisata Bugisan  (Programa Desa Bugisan, 2021).


Dari hasil survey dilapangan, diketahui pengembangan budidaya tanaman pepaya california di lahan pekarangan masih terkendala berbagai masalah, antara lain seperti 65 % lahan pekarangan belum dioptimalkan dalam penanaman pepaya dan 35 % belum semua anggota kelompok wanita tani aktif dalam pertemuan rutin kegiatan kelompok, khususnya dalam kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan dalam budidaya pepaya california. Pengurus kelompok saja yang mengetahui tentang cara budidaya tanaman pepaya california.


Berdasarkan uraian analisis dan potensi tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai “Motivasi Kelompok Wanita Tani dalam Usaha Budidaya Pepaya California (Carica papaya L) di Lahan Pekarangan Desa Wisata Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah”.


METODE PENELITIAN


Kajian ini dilaksanakan pada bulan Januari – Juli 2022 di lokasi Desa Wisata Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dari 3 KWT dari rumus (Sugiyono, 2017). Sampel yang digunakan sebanyak 30 responden yang diambil secara propotional random sampling dengan uji validitas menggunakan metode product moment dan uji reliabilitas menggunakan teknik Alpha Cronbach. Data dinyatakan valid dan reliabel diperoleh dengan kuesioner dan wawancara dianalisis secara deskriptif.


HASIL DAN PEMBAHASAN


Karakteristik KWT dalam kategori usia produktif yaitu 15- 64 tahun sejumlah 30 responden. Sedangkan responden yang sudah tidak produktif berada pada usia diatas  64 tahun. Dapat disimpulkan bahwa 100% responden pada fase produktif dalam mengembangkan usaha taninya.


Tingkat pendidikan SLTA/SMA mendominasi sebesar 43,3% dari 13 responden KWT, kemudian perguruan tinggi sebesar 30% dari 9 responden, dan pendidikan SD SMP/SLTP sebanyak 13,3% dari 8 responden anggota KWT. diketahui bahwa mayoritas anggota Kelompok Wanita Tani yang memiliki lahan sempit kurang dari 50 m2 yaitu 5 orang (10%), sedang dengan luasan kurang lebih antara 51 – 170 m2 sebanyak (40%) dari 10 orang, dan lahan yang luas sebesar (50%) dari 15 orang. Mayoritas pekerjaan utama sangat berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan kelestarian lingkungan sosial KWT.


Berdasarkan hasil kajian analisis deskriptif yang dilakukan untuk menggambarkan dan menjelaskan motivasi KWT dalam usaha budidaya pepaya california di lahan pekarangan dengan aspek motivasi kebutuhan dasar kelangsungan hidup, motivasi kebutuhan sosial, dan motivasi kebutuhan pengembangan pribadi dengan menggunakan skala Likert terdiri dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Berikut ini uraian Analisis deskriptif kajian motivasi KWT dalam usaha budidaya pepaya california di lahan pekarangan.


  1. Tingkat Motivasi Kebutuhan Dasar Kelangsungan Hidup

Aspek komponen kajian usaha budidaya pepaya california dari 30 responden, meliputi penggunaan benih unggul pepaya california memiliki persentase (94%). Ini berarti bahwa anggota KWT sudah menggunakan benih unggul dengan capaian skor persentase tertinggi, sehingga memperoleh kelangsungan hidup sesuai rekomendasi ketersediaan benih unggul yang mempengaruhi keberhasilan dalam usaha budidaya pepaya california (BPTP Aceh, 2017).  Perlakuan khusus dalam perendaman benih memiliki persentase (88%). Namun capaian skor masih belum optimal, sehingga persentase belum maksimal dalam anggota KWT, sehingga perlu diadakan pelatihan untuk meningkatkan penghasilan. Bahwa anggota KWT menerapkan Perlakuan khusus dalam perendaman benih untuk persemaian (Bakar, 2017). Pembuatan persemaian bibit, penanaman, pemeliharaan memiliki persentase (90%).


 Ini berarti bahwa anggota KWT mengoptimalkan lahan pekarangan sebagai sentra pepaya untuk meningkatkan ekonomi sesuai rekomendasi (Astriana & Nurcahyo, 2017). Pemasaran buah memiliki persentase (91%). Ini berarti bahwa anggota KWT memasarkan buah pepaya sehingga meningkatkan penghasilan sesuai rekomendasi (Balitbu, 2017). Diketahui bahwa tingkat motivasi kebutuhan dasar kelangsungan hidup dengan persentase sebesar 91% dengan kategori tinggi termotivasi sesuai rekomendasi.


Hal ini disebabkan bahwa pekerjaan utama sebagai ibu rumah tangga dalam kegiatan usaha tani menjadi prioritas terhadap budidaya pepaya dan berpengaruh dalam memenuhi kebutuhan pokok dan meningkatkan penghasilan. Hal ini didukung dengan tingkatan luas lahan KWT bahwa mayoritas anggota KWT memiliki lahan pekarangan yang luas. Ini sejalan dengan teori Syarif (2018) bahwa menunjukan adanya pengaruh positif motivasi terhadap pendapatan KWT dalam usaha tani yang dikembangkan Motivasi Petani hortikultura dalam kelangsungan hidup lebih meningkatkan penghasilan dalam usaha taninya Astriana & Nurcahyo (2017).


Hasil kajian ini menunjukan bahwa KWT di Desa Wisata Bugisan memiliki motivasi yang lebih baik tentang budidaya pepaya california di lahan pekarangan. Artinya motivasi seseorang akan mempengaruhi penghasilan terhadap indikator kelangsungan hidup  kelompok.


  1. Tingkat Motivasi Kebutuhan Sosial

Aspek komponen kajian usaha budidaya pepaya california meliputi penggunaan benih unggul pepaya california memiliki persentase (94%). Ini berarti bahwa anggota KWT sudah menggunakan benih unggul, sehingga memperoleh kebutuhan sosial dalam kerjasama sesuai rekomendasi penggunaan benih unggul mempengaruhi keberhasilan dalam usaha budidaya pepaya california (BPTP Aceh, 2017). Perlakuan khusus dalam perendaman benih memiliki persentase (93%).Ini berarti bahwa anggota KWT bekerjasama dengan baik menerapkan Perlakuan khusus dalam perendaman benih untuk persemaian(Bakar,2017). Pembuatan persemaian bibit, penanaman, pemeliharaan memiliki persentase (97%). Variabel pertanyaan ini mendapatkan capaian skor tertinggi. Ini berarti bahwa anggota KWT mengoptimalkan lahan pekarangan dalam kegiatan sosial sebagai sentra pepaya untuk meningkatkan kerjasama dalam budidaya pepaya. Pemasaran buah memiliki persentase (93%).


 Ini berarti bahwa anggota KWT memasarkan buah pepaya sehingga meningkatkan kerjasama dalam pemasaran buah pepaya (Balitbu, Sumatera Barat). Hal ini diketahui bahwa tingkat motivasi kebutuhan sosial sebesar (94%) termasuk kedalam kategori tinggi. Berdasarkan uraian diatas aspek Perlakuan khusus dalam perendaman benih untuk persemaian bibit pepaya california dan Pemasaran buah segar ke toko mendapatkan skor yang sama belum optimal. Sehingga perlu diadakan intensitas kerjasama untuk meningkatkan teknologi pertanian terhadap budidaya pepaya.


Hal itu disebabkan bahwa kehidupan sosial dalam bermasyarakat dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat di lingkungan. Bahwa tingkat pekerjaan anggota KWT mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga. Ini berarti bahwa anggota KWT sudah terbiasa dengan kehidupan sosial sebagai prioritas utama dalam kegiatan sehari-sehari.  Ini sesuai penelitian sebelumnya bahwa kebutuhan sosial termasuk satu model yang mendukung perilaku motivasi dalam bekerja sama dalam memotivasi untuk menerapkan teknik budidaya pertanian (Euriga et al., 2018). Penyuluhan pertanian harus mempertimbangkan fungsi motivasi sebagai kebutuhan sosial yang ditentukan sendiri dalam kehidupan petani yang berbeda. (Euriga et al., 2021). Dari analisis mendalam, dapat ditemukan bahwa kebutuhan bekerjasama mempengaruhi indikator sosial tentang motivasi dalam teknis budidaya pepaya. Bahwa kerjasama dalam bertani di aspek sosial akan mempengaruhi motivasi tentang budidaya


  1. Tingkat Motivasi Kebutuhan Pengembangan Pribadi.

Aspek komponen kajian usaha budidaya pepaya california meliputi penggunaan benih unggul pepaya california memiliki persentase (92%). Ini berarti bahwa anggota KWT sudah menggunakan benih unggul, sehingga memperoleh kebutuhan pengembangan diri untuk meningkatkan keterampilan ketersediaan benih unggul mempengaruhi keberhasilan dalam usaha budidaya pepaya california sesuai dengan rekomendasi  (BPTP Aceh, 2017). Perlakuan khusus dalam perendaman benih memiliki persentase (89%). Variabel pertanyaan ini mendapatkan skor capaian belum optimal, sehingga perlu adanya peningkatan dan pengembangan keterampilan melalui pelatihan. Pembuatan persemaian bibit, penanaman, pemeliharaan memiliki persentase (94%). Variabel pertanyaan ini mendapatkan capaian skor tertinggi. Hal Ini berarti bahwa anggota KWT mengoptimalkan lahan pekarangan sebagai sentra pepaya untuk meningkatkan keterampilan dalam budidaya pepaya. Pemasaran buah memiliki persentase (90%). Ini berarti bahwa anggota KWT memasarkan buah pepaya sehingga meningkatkan keterampilan dalam diri anggota KWT untuk memasarkan buah pepaya sesuai rekomendasi (Balitbu, 2017). Maka diperoleh tingkat motivasi kebutuhan pengembangan pribadi dengan persentase (91%) termasuk kedalam kategori tinggi.


Hal ini disebabkan karena anggota KWT berada dalam usia produktif. Dikatakan Produktif sesuai dengan Undang-undang tenaga kerja No.13 Tahun 2003, mereka yang berusia antara 15 tahun sampai 64 tahun. Ini menunjukan bahwa pengembangan individu anggota KWT perlu ditingkatkan lagi untuk menunjang keterampilan yang lebih menyeluruh dari tiap-tiap individunya. Keterampilan adalah salah satu faktor kunci mendorong seseorang untuk mengembangkan potensi dan kapasitas yang lebih baik untuk meningkatkan keterampilan di masing-masing individu(Andriani & Widiawati, 2017). Hal ini pernyataan  (Mayasari et al., 2015) menunjukan bahwa setiap individu dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk berusaha tani di lingkungan tempat tinggalnya.


 


 


KESIMPULAN


Berdasarkan hasil kajian Motivasi Kelompok Wanita Tani dalam Usaha Budidaya Pepaya California di Lahan Pekarangan Desa Wisata Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Memperoleh tingkat capaian Tinggi dengan persentase 92, 2 %, akan tetapi belum mencapai tingkat 100%. Artinya, motivasi KWT di Desa Wisata Bugisan perlu ditingkatkan agar dapat meningkatkan penghasilan, kerjasama anggota KWT, dan meningkatkan keterampilan anggota KWT dalam usaha budidaya pepaya california di lahan pekarangan. Berikut ini uraian yang disimpulkan sebagai berikut:


  1. Tingkat motivasi kebutuhan dasar KWT dalam usaha budidaya pepaya california (Carica papaya L) berada dalam kategori tinggi.

  2. Tingkat motivasi kebutuhan sosial KWT dalam usaha budidaya pepaya california (Carica papaya L) berada dalam kategori tinggi.

  3. Tingkat motivasi kebutuhan pengembangan pribadi KWT dalam usaha budidaya pepaya california (Carica papaya L) berada dalam kategori tinggi

DAFTAR PUSTAKA


Andriani, M., & Widiawati, K. (2017). Penerapan motivasi karyawan menurut teori dua faktor Frederick Herzberg pada PT Aristika Kreasi Mandiri. Jurnal Administrasi Kantor, 5(1), 83–98.


Astriana, S., & Nurcahyo, I. (2017). Pemanfaatan Potensi Pepaya Sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Masyarakat Desa Tambak Kecamatan Mojosongo Kabupaten Boyolali. Jurnal Kewirausahaan Dan Bisnis, 20(11). https://doi.org/10.20961/jkb.v20i11.13986


Bakar, B. A. (2017). Penyunting : Basri A . Bakar. https://www.litbang.pertanian.go.id/unker/1261/


Euriga, E., Amanah, S., Fatchiya, A., & Asngari, P. S. (2018). The Motivation Factors and Farmer Group Clusters on Sustainable Horticulture Practices Adoption in Yogyakarta Province. International Journal of Sciences, 4531(2307–4531), 160–171. http://gssrr.org/index.php?journal=JournalOfBasicAndApplied


Euriga, E., Boehme, M. H., Amanah, S., Systems, H. P., & Development, C. (2021). Changing Farmers ’ Perception towards Sustainable Horticulture : A Case Study of Extension Education in Farming Community in Yogyakarta , Indonesia. 7(2), 225–240.


Mayasari, K., Sente, U., & Ammatilah, C. S. (2015). Analisis motivasi petani dalam mengembangkan pertanian perkotaan di Provinsi DKI Jakarta. Buletin Pertanian Perkotaan., 5(30), 16–24.


Nanang, S. (2021). PROGRAMA bugisan 2021.


Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kombinasi (Sutopo (ed.)). Alfabeta.


Syarif, A. (2018). Pemberdayaan perempuan menghadapi modernisasi pertanian melalui kelompok wanita tani (KWT) pada usahatani sayuran di Kecamatan Bissapu Kabupaten Bantaeng. Ziraa’ah, 43(1), 77–84.


 


 


 

Published
2023-06-21
How to Cite
ANTO, Julianto Juli. Julianto Motivasi KWT (Kelompok Wanita Tani ) dalam Usaha Budidaya Pepaya California (Carica papaya L) di Lahan Pekarangan Desa Wisata Bugisan Kecamatan Prambanan Kabupaten Klaten. Journal of Agricultural Socio-Economic and Agribusiness (JASEA), [S.l.], v. 1, n. 2, p. 59-65, june 2023. Available at: <https://jos.unsoed.ac.id/index.php/jasea/article/view/6383>. Date accessed: 13 mar. 2025.