HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PENANGANAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMK YPE SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018

  • Tanti Fitriyani Stikes Bina Cipta Husada Purwokerto
  • Wiji Oktanasari

Abstract

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PENANGANAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMK YPE SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018


The Relationship Between The Knowledge of leucorrhea on Handling of Leucorrhea in Student of SMK YPE Sumpiuh 2018 Grade X, Banyumas regency


Tanti Fitriyani1, Wiji Oktanasari2


1-2Dosen Jurusan DIII Kebidanan STIKes Bina Cipta Husada Purwokerto


ABSTRACT


 One of the clinical complaint from adolescent reproduction is leucorrhea. Leucorrhea is vagina’s liquid expenditure that not shaped blood. It is sometimes caused infection that always wet and make irritation, feel itchy and disturbance to the sufferer.


            The purpose of this research is to know about relation between knowledge of leucorrhea and handling of leucorrhea in student of SMK YPE Sumpiuh 2018 grade X, Banyumas regency.


This research use analytic survey method with cross sectional approach. The subject of this research is students of SMK YPE Sumpiuh grade X. The number of students are 71 person. The  analysis method of the statistic that used  is chi square.


             The result from this research is 42 student (59,2%) have good level of knowledge about leucorrhea. And 39 student (54,9%) can handles leucorrhea correctly.


            The Conclusion of his research is there any relationship between knowledge of leucorrhea and handling of leucorrhea in class of student SMK YPE Sumpiuh grade X  (c2hitung=5,722> c2tabel=3,481).


  Keyword       : level of knowledge, leucorrhea handling.


  Bibliography : 29 ( 2005-2016)


 


 


 


 


 


 




PENDAHULUAN


World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat 216 kematian ibu setiap 100.000 kelahiran hidup akibat komplikasi kehamilan dan persalinan tahun 2015. Jumlah total kematian ibu diperkirakan mencapai 303.000 kematian di seluruh dunia. Angka kematian ibu di negara berkembang mencapai 239/100.000 kelahiran hidup, 20 kali lebih tinggi dibandingkan negara maju.Indonesia termasuk salah satu negara berkembang sebagai penyumbang tertinggi angka kematian ibu di dunia. (WHO, 2015)


Mengacu pada data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015 AKI di Indonesia mencapai 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. (Kemenkes RI, 2016). Masalah kesehatan reproduksi merupakan masalah yang kompleks dan berkaitan dengan isu ketidaksetaraan gender dan pemenuhan hak-hak reproduksi bagi perempuan maupun laki-laki, sehingga memerlukan penanganan secara intensif dan terkoordinasi baik lintas program, lintas sektor maupun lintas disiplin ilmu dengan memperhatikan sosial budaya. Ada beberapa komponen kesehatan reproduksi yang dapat memberikan gambaran umum keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia. Pertama, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi dibandingkan negara-negara di ASEAN. Kedua, program Keluarga Berencana (KB) yang dianggap berhasil di tingkat internasional. Ketiga, masalah kesehatan reproduksi pada remaja (Siswono, 2013).


Masa Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam hidupnya, baik perubahan fisik maupun psikis. Memasuki masa remaja yang diawali dengan terjadinya kematangan organ reproduksi juga memberikan banyak perubahan pada diri remaja (Masroah,dkk.2015). Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan. Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga menempatkan masa kini sebagai masa kritis. Pada usia tersebut organ reproduksi pada wanita sudah berfungsi dengan baik walaupun tidak mengenal batasan usia tetapi pada usia reproduksi atau remaja seorang wanita lebih sering mengalami keputihan oleh karena gangguan hormon atau pengaruh lain diantaranya adalah stress (Iskandar, 2012).


Kesehatan reproduksi remaja tidak lepas dari kesehatan di bidang kebidanan dan kandungan. Hingga saat ini masih banyak dijumpai penyakit infeksi yang mengganggu alat reproduksi wanita. Di Indonesia saat ini belum ada data nasional yang bisa digunakan sebagai penunjuk status kesehatan reproduksi remaja. Namun, beberapa penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa remaja Indonesia beresiko untuk terkena infeksi PMS/ HIV/ AIDS. Survey surveillance perilaku yang diadakan oleh Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia (PPK-UI) menunjukkan bahwa 2,8% pelajar SMA wanita dan 7% pelajar SMA pria melaporkan adanya gejala-gejala PMS (Utomo, 2016). Sebuah penelitian di Malang dan Manado dan sebuah penelitian di Bali menunjukkan bahwa 26% dan 29% anak muda berusia 20 sampai 24 tahun telah aktif seksual (Dwiyanto, 2016).


Salah satu keluhan klinis dari infeksi atau keadaan abnormal alat kelamin tersebut adalah keputihan. Cairan ini bersifat selalu membasahi dan menimbulkan iritasi, rasa gatal dan gangguan rasa tidak aman pada penderita. Keputihan normal ditandai oleh keluarnya lendir jernih pada saat masih subur atau sebelum menstruasi, tidak berbau, serta tidak adanya keluhan gatal pada vagina. Sebaliknya, keputihan abnormal menandakan adanya infeksi pada vagina yang dibedakan berdasarkan penyebabnya, yaitu Bacterial Vaginosis, Trichomoniasis, dan Candidiasis (Manuaba, 2011).


Hasil penelitian menyebutkan 3 dari 4 wanita di dunia ternyata pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya. Setiap wanita bisa terkena gangguan ini tanpa melihat golongan usia, latar belakang, dan jenis pekerjaan. Di Indonesia masalah keputihan semakin meningkat. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa tahun 2002, 50% wanita Indonesia pernah mengalami keputihan setidaknya sekali dalam hidupnya (Muninjaya, 2015).


Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 15 Februari 2018 di SMK YPE Sumpiuh kepada 30 siswi yang mengalami keputihan, didapatkan siswi yang segera menindaklanjuti keputihan dengan cara sering mengganti celana dalam sejumlah 10 orang (33.33%) dan membersihkan vagina dengan pembersih kewanitaan sejumlah 5 orang (16,67%) sedangkan 15 siswi (50%) yang lain mengatakan tidak memperdulikan keadaannya. Hasil data tersebut menunjukkan cara penanganan keputihan yang baik hanya 33,33%, dan 66,67% tidak mengetahui bagaimana cara penanganan keputihan yang baik. Selain itu di SMK YPE Sumpiuh juga belum pernah diadakan penyuluhan tentang keputihan. Kurikulum pendidikan juga belum pernah mengajarkan pengetahuan mengenai keputihan sehingga masih banyak siswi yang belum mengetahui tentang keputihan.


Berhubung masih banyaknya siswi yang belum mengetahui tentang cara penanganan keputihan secara benar, maka peneliti menilai betapa penting masalah ini untuk diketahui lebih lanjut mengenai ada tidaknya kaitan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan di SMK YPE Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2018.


Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan pada siswi kelas X SMK YPE Sumpiuh Kabupaten Banyumas Tahun 2018.


 


METODE PENELITIAN


Penelitian ini dilakukan dengan metode descriptive correlation study dengan pendekatan waktu secara Cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel pada situasi atau sekelompok subyek yang dilakukan bersamaan pada satu waktu dengan cara responden mengisi kuesioner yang telah disediakan. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling yaitu  sampling jenuh. Sampling jenuh adalah cara pengambilan sampel dengan mengambil semua anggota populasi menjadi sampel. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 71 siswi. Pada penelitian ini mengambil data variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan tentang keputihan dan variabel terikat yaitu penanganan keputihan pada waktu yang bersamaan.


Lokasi Penelitian ini di SMK YPE Sumpiuh Kabupaten Banyumas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden. Analisis data dalam penelitian ini meliputi editing, coding, tabulating kemudian dianalisis univariat dan bivariat dengan uji Chi Square


HASIL DAN PEMBAHASAN


 


Tabel 1 Pengetahuan siswi tentang keputihan



NO




Pengetahuan siswa putri tentang keputihan




Jumlah




Persentase (%)




1.




Baik




42




59,2




2.




Cukup




29




40,8




3.




Kurang




0




0




 




Jumlah




71




100



 


 


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada 71 responden berhasil di ketahui bahwa sebagian besar pengetahuan siswi tentang keputihan berpengetahuan baik (59,2%). Ini menandakan bahwa sebagian responden berpengetahuan baik mengenai pengetahuan tentang keputihan. Meskipun sebagian besar responden berpengetahuan cukup baik  (40,8%).


Masalah keputihan adalah masalah yang sejak lama menjadi persoalan bagi kaum wanita. Tidak banyak wanita yang tahu apa itu keputiahan dan terkadang menganggap enteng persoalan keputihan ini. Padahal keputihan tidak bisa dianggap enteng, karena akibat dari keputihan ini bisa sangat fatal bila lambat ditangani. Tidak hanya bisa mengakibatkan kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga bisa merupakan gejala awal dari kanker leher rahim, yang bisa berujung pada kematian (Iskandar, 2012). Menurut penyebabnya keputihan ada dua macam yaitu penyebab non potologis (bukan penyakit) dan penyebab patologis (karena penyakit). Penyebab non patologis (bukan penyakit) antara lain saat menjelang menstruasi, atau setelah menstruasi, rangsangan seksual, saat wanita hamil, stress, baik fisik maupun psikologi (Cakmoki, 2017).


Responden yang diteliti adalah siswi yang memenuhi kriteria   yaitu siswi kelas X SMK YPE Sumpiuh, siswi yang mengalami keputihan dan bersedia dijadikan responden.


Walaupun sebagian besar responden berpengetahuan baik tetapi masih ada responden yang memiliki pengetahuan tentang keputihan cukup baik (40,8%). Pengetahuan keputihan yang cukup baik ini mungkin karena masih ada beberapa responden yang kurang aktif dalam mencari tahu atau mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi khususnya keputihan selain itu kurangnya dukungan dari orang tua responden.


Menurut Notoatmodjo (2013) pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan  terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting bagi terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan akan merangsang terjadinya perubahan sikap dan bahkan tindakan seorang individu (Notoatmodjo, 2013: 123).


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diamati bahwa pengetahuan siswi tentang keputihan adalah baik. Semakin tinggi pengetahuan siswi tentang keputihan, kemungkinan dapat mempengaruhi penangan keputihan.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


Tabel 2. Penanganan Keputihan


 


 





NO




Penanganan keputihan




Jumlah




Persentase (%)




1.




Baik




39




54,9




2.




Cukup




32




45,1




3.




Kurang




0




0




 




Jumlah




71




100



 


 


 


 


 


 


 


 


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa penanganan keputihan sebagian besar baik (54,9%). Hal ini berarti sebagian besar responden di SMK YPE Sumpiuh sudah mengetahui bagaimana cara penanganan yang baik dalam mengatasi keputihan.


Keputihan yang terjadi pada remaja terkadang menimbulkan suatu masalah tertentu pada sebagian besar remaja. Apabila keputihan tidak segera diobati dapat berakibat lebih parah dan bukan tidak mungkin menjadi penyebab kemandulan. Tidak hanya itu saja, keputihan yang sangat fatal dapat menyebabkan kematian. Seperti pernyataan Iskandar (2012) yaitu keputihan ini bisa sangat fatal bila lambat ditangani, tidak hanya mengalami kemandulan dan hamil di luar kandungan, keputihan juga merupakan segala awal dari kanker leher rahim yang bisa berujung pada kematian.


Walaupun sebagian besar responden memiliki sikap penanganan benar dalam menangani keputihan tetapi masih ada beberapa responden yang memiliki penanganan cukup baik (45,1%). Hal ini mungkin disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang keputihan yang didapat responden. Atau sebenarnya mereka sudah mengatahui penanganan yang baik waktu mengalami keputihan tetapi mereka belum dapat mengaplikasikan dalam bentuk nyata.


Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan tersebut merupakan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons (Azwar, 2013: 5).


Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa penanganan keputihan pada siswi di SMK YPE Sumpiuh adalah baik. Hal ini dipengaruhi oleh pengetahuan siswi tentang keputihan di SMK YPE Sumpiuh yang baik, meskipun di SMK YPE Sumpiuh sendiri belum ada pembinaan khusus tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang keputihan.


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


 


  1. Tabel silang antara pengetahuan siswi tentang keputihan dengan penanganan


Pengetahuan Siswa Putri




Penanganan Keputihan




Total




 




 




F




%




F




%




F




%




 




 




Baik




Cukup




 




 Baik




28




66,7




14




33,3




42




100




 




Cukup




11




37,9




18




62,1




29




100




 




Jumlah




39




54,9




32




45,1




71




100




 



 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 


 


 


 


 


 


                           


 


Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 71 responden dalam penelitian ini, terdapat 42 responden yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai keputihan dengan proporsi 28 siswi (66,7%) melakukan penanganan baik, dan 14 siswi (33,3%) yang melakukan penanganan keputihan dalam kategori cukup baik. Sedangkan selebihnya yaitu 29 responden memiliki tingkat pengetahuan yang cukup baik mengenai keputihan dengan proporsi 11 siswi (37,9%) melakukan penanganan baik dan 18 siswi (62,1%) melakukan penanganan cukup baik.


                         Pada penelitian ini untuk mencari hubungan antara tingkat pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan pada siswi SMK YPE Sumpiuh menggunakan analisis Chi-Square, dengan alat bantu program SPSS For Windows Release 16.0. Jika didapatkan c2hitung ≥ c2tabel, maka Ho ditolak artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keputihan dengan penanganan keputihan. Jika c2hitung ≤ c2tabel, maka Ho diterima artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan keputihan dengan penanganan keputihan.


                     Kemudian juga dapat dilihat pada nilai asymp.sign (P), bila P < a (0,05) artinya ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel dan bila P > a (0,05) artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara kedua variabel.


                     Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh  nilai c2hitung sebesar 5,722 dengan derajat frekuensi (df) = 1. Adapun nilai c2tabel untuk pengujian dengan taraf signifikansi (a) = 0,05 dan df = 1 adalah sebesar 3,481. Oleh karena c2hitung > c2tabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan keputihan dengan penanganan keputihan.


                     Dapat juga berdasarkan pada nilai c2hitung sebesar 5,722 dan P (Assymp.Sign) = 0,017 yang berarti nilai P < a (0,05) yang berarti secara statisitik terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan keputihan dengan penanganan keputihan pada siswi kelas X SMK YPE Sumpiuh. Artinya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan antara tingkat pengetahuan keputihan dengan penanganan keputihan pada siswi kelas X SMK YPE Sumpiuh.


KESIMPULAN DAN SARAN


  1. Kesimpulan

Pengetahuan siswi tentang keputihan sebagian besar adalah baik yakni sebanyak 42 responden, Penanganan keputihan di SMK YPE Sumpiuh sebagian besar adalah dalam kategori baik yaitu 39 responden, dan Ada hubungan antara pengetahuan tentang keputihan dengan penanganan keputihan pada siswi SMK YPE Sumpiuh(c2hitung=5,722>c2tabel=3,481), maka Ho ditolak serta nilai asymp.sign (P) < 0,05.


 


 


  1. Saran

Dapat meningkatkan kualitas pengetahuan mengenai keputihan serta penanganan yang sesuai untuk keputihan.


 


DAFTAR PUSTAKA


Alimul, Aziz. 2013. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan ilmiah. Jakarta : Rineka Cipta.


Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka   Cipta.


Iskandar, M. 2012. Solusi Keluarga. Online available at http://www.mitrakeluarga.com. Diakses tanggal 23 Januari 2018


Kusumaningsih. 2007. Faktor Penyebab Keputihan. Online available at http://www.organisasi.org. Diakses tanggal 1 Januari 2018.


Manuaba. 2011. Keputihan. Online available at http://www.mitrakeluarga.com.        Diakses tanggal 23 Januari 2018.


Manuaba, I.G.B. 2011.  Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC.


Masroah, Intan Tri; Elviera Gamelia; Bambang Hariyadi. 2015. Perilaku Seksual Remaja Akibat Paparan Media Pornografi. Jurnal Kesmasindo, 7 (3):244-255.


Muninjaya, S. 2005. Kejadian Keputihan. Online available at http://www.mitrakeluarga.com. Diakses tanggal 12 Januari 2018.


Notoatmodjo, Soekidjo. 2013. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.


 


Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.


Nugraeni, Novi. 2006. Keputihan. http://id.mikipedia.org/wiki/keputihan.html Diakses tanggal 12 Januari 2018.


Panuju, Panut & Umami, Ida. 2005. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.


 


Permatasari.2012.Hubungan Tingkat pengetahuan Remaja Putri tentang Personal Hygine dengan Tindakan Pencegahan Keputihan di SMA Negeri 9 Semarang. Skripsi. Universitas Muhamadiyah Semarang.http:journal.ums.ac.id


 


Rahman. 2013. Hubungan Sosial. Online available at http://www.indonesia.cri.cnhtm. Diakses tanggal 15 Januari 2018


Rahmi, Egi Yunia.2016. Faktor Perilaku yang mempengaruhi terjadinya Keputihan pada remaja Putri. 2016. Skipsi.  Riau: FIK-UNRI


 


Saryono. 2008. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jogjakarta : Citra Cendikia.


Sarwono S, W. 2007. Psikologi Remaja. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


Sugiyono. 2014. Statistik Untuk Penelitian. Cetakan Keenam. Bandung: Alfabeta.


Sukardi. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.


Suryani, Eko & Widyasih, Hesty. 2008. Psikologi Ibu dan Anak. Yogyakarta: Fitramaya.


 


Wandha Paramitha, Misrawati. 2012. EfektifitasPendidikan Kesehatan tentang Hygine Kewanitaan terhadap Pengetahuan dan SikapRemaja Putri dalam menangani Keputihan.Jurnal Ners Indonesia, 2012 : vol 2. Riau. UNRI


 


Wardani, K. 2007. Menghindari dan Mencegah Keputihan. Online available at http://www.dechacare.com. Diakses tanggal 12 Februari 2010.


Widyastuti, Yani et al. 2009. Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya.


 


Wiknjosastro, H. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


 


Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta  : Salemba Medika.


 


Saryono, A.S. (2010). Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.


 


Saefudin. (2009). Langkah – Langkah Membuat Proposal Penelitian Bidang Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.


 


Siswanto, Susila, dan Suyanto. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan dan Kedokteran. Bursa Ilmu Karangkajen, Yogyakarta.


 


Sugandi, Ahcmad., & Haryanto. (2006). Teori Pembelajaran. Semarang : Universitas Negeri Semarang Press.


 


Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta


 


 


 


 


 


 


 


 


 

Published
2019-07-30
How to Cite
FITRIYANI, Tanti; OKTANASARI, Wiji. HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KEPUTIHAN DENGAN PENANGANAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMK YPE SUMPIUH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2018. Kesmas Indonesia, [S.l.], v. 11, n. 2, p. 131-140, july 2019. ISSN 2579-5414. Available at: <http://jos.unsoed.ac.id/index.php/kesmasindo/article/view/1428>. Date accessed: 20 apr. 2024. doi: https://doi.org/10.20884/1.ki.2019.11.2.1428.

Most read articles by the same author(s)

Obs.: This plugin requires at least one statistics/report plugin to be enabled. If your statistics plugins provide more than one metric then please also select a main metric on the admin's site settings page and/or on the journal manager's settings pages.